isu-isu global
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu global merupakan persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat dibicarakan pada masa sekarang ini oleh masyarakat didunia. Isu ini tidak hanya dihadapi oleh satu negara saja, melainkan dihadapi oleh berbagai negara di belahan dunia.
Isu-isu global yang berkembang di dunia saat ini meliputi isu tentang lingkungan dan isu tentang kemanusiaan. Isu tentang lingkungan mencakup kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi, dan perubahan iklim. Sedangkan isu tentang kemanusiaan mencakup kemiskinan, konflik atau perang, dan wabah penyakit.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Apa saja isu-isu global yang berkaitan dengan lingkungan?
Apa saja isu-isu global yang berkaitan dengan kemanusiaan?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan isu-isu global yang sedang hangat dibicarakan saat ini meliputi isu tentang lingkungan dan isu tentang kemanusiaan.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
Dapat mengetahui isu-isu penting persoalan lintas budaya dan bangsa yang sedang hangat dibicarakan saat ini.
Dapat memikirikan solusi penting untuk mengatasi isu-isu global.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KOMUNITAS GLOBAL
Pengertian Globalisasi dan Komunitas Global
Kata globalisasi berasal dari “global” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,berartisecara keseluruhan. Globalisasi berarti suatu proses yang mencakupkeseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak nampak lagi adanyabatas-batas yang mengikat secara nyata. Dalam keadaan global, tentu apa saja dapatmasuk sehingga sulit untukdisaring atau dikontrol. Terkait dengan kehidupanberbangsa dan bernegara, makna globalisasi memiliki dimensi luas dan kompleks yaitubagaimana suatu negara yang memiliki batas-batas teritorial dan kedaulatan tidakakan berdaya untuk menepis penerobosan informasi, komunikasi dan transportasiyang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasan (Tim Redaksi Kamus Bahasa, 2008).
Globalisasi dalam arti literaladalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnyaketerkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibattranskulturasidan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasiyang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasionaldalambentukkomunitasglobal.Berikutiniadalahbeberapabentukkomunitas global yang saatinimembentukpolaberkehidupanmasyarakatdunia.
MEA
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang direncanakan untuk dicapai pada tahun 2015. Tujuan utama MEA 2015 adalah menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yang mana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas serta aliran modal yang lebih bebas. Keterlibatan semua pihak di seluruh negara anggota ASEAN mutlak diperlukan agar dapat mewujudkanASEAN sebagai kawasan yang kompetitif bagi kegiatan investasi dan perdagangan bebas yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat bagi seluruh negara ASEAN.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah salah satu bentuk pasar dunia dalam lingkup Asia. Dengan adanya MEA akan terjadi perdagangan barang, jasa, modal dan investasi yang bergerak bebas tanpa halangan secara geografis diharapkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini menjadi merata dan menjelma menjadi pasar dunia.
Kesiapan Indonesia sangat diperlukan menghadapi MEA bila tidak ingin bangsa Indonesia hanya akan menjadi pangsa pasar bagi negara ASEAN lainnya. Kesiapan Indonesia diperlukan tidak hanya pada proteksi produk dalam negeri namun juga pada sisi dunia ketenagakerjaan. Angkatan kerja yang terampil penting untuk dapat memanfaatkan semuakesempatankesempatan ini.
Tanpa komposisi angkatan kerja yang tepat danterampil, penyatuan pasar ASEAN berpeluang menimbulkan lebih banyakmasalah ketimbang kesempatan.Keberadaan MEA memberikan dampak baik dampak positif maupunnegatif.Dilihat dari dampak positifnya, MEA memacu pertumbuhan investasibaik dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka lapangan pekerjaan baru. Strategi dan persiapan yang selama ini telah dilakukan oleh para stakeholder yang ada di Indonesia untuk menghadapi sistem liberalisasi yang diterapkan oleh ASEAN, terutama dalam kerangka integrasi ekonomi memang dirasakan masih kurang optimal. Namun, hal tersebut karena adanya isu-isu dalam negeri yang butuh penanganan yang lebih intensif.
AFTA
AFTA merupakan wujud dari kesepakatandari negara negara ASEAN untuk membentuksuatu kawasan bebas perdagangan dalam rangkameningkatkan daya saing ekonomi kawasanregional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya AFTA dibentuk pada waktu Konperensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992 Di samping faktor eksternal negara negara ASEAN masih berkomitmen terhadap visi untuk mengubah ASEAN menjadi kelompok ekonomi yang terintegrasi dalam kerangka kerja sama ASEAN Economic Community AEC Komunitas Ekonomi ASEAN Komunitas Ekonomi ASEAN sebagai salah satu pilar Komunitas ASEAN.
Uni Eropa merupakan contoh keberhasilan integrasi regional namun bila ASEAN menempuh proses yang sama belum tentu akan mencapai hasil akhir yang sama Kondisi lingkungan dan motivasi politik ketika Uni Eropa mulai berintegrasi berbeda dengan kondisi yang dihadapi ASEAN Lingkungan ekonomi nternasional yang sangat terbuka dewasa ini juga berbeda dengan situasi di tahun 1950 an Tingkat ekonomi anggota yang tergabung dalam kerja sama regional Uni Eropa lebih seragam dibanding tingkat ekonomi anggota ASEAN yang bervariasi yaitu dari ekonomi yang sudah maju ekonomi tahap transisi sampai ekonomi yang kurang berkembang. Demikian pula dengan corak politiknya Perbedaan karakter ini perlu menjadi pertimbangan dalam mempelajari proses integrasi di Eropa sehingga ASEAN bisa menetapkan langkah langkah apa yang cocok ditempuh untuk mencapai bentuk komunitas di kawasan Asia Tenggara.
Tujuan akhir dari Komunitas Ekonomi ASEAN bukan membentuk keseragaman sistem bea cukai custom union seperti European Economic Community di tahun 1950 an. Pada prinsipnya keseragaman bea cukai adalah di mana sekelompok negara sepakat menghapuskan hambatan perdagangan di antara mereka dan menetapkan kebijakan satu tarif untuk perdagangan dengan negara bukan anggota. Tahap ini adalah satu tingkat integrasi di atas kawasan perdagangan bebas Kawasan perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area) menyepakati harmonisasi tarif di antara anggotanya tetapi masing masing bebas menentukan tarif untuk berdagang dengan bukan anggota.
2.2 GENDER AND COMPETITIVENESS
Permasalahan gender sesungguhnya sudah lama menjadi perhatian negara-negara di dunia. Hal ini terlihat dengan dicetuskannya The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), oleh Majelis Umum PBB di tahun 1948 yang kemudian diikuti oleh berbagai deklarasi serta konvensi lainnya. Pada tahun 1979 Majelis Umum PBB mengadopsi konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang menjadi landasan hukum tentang hak perempuan. Konvensi tersebut disebut juga Konvensi Wanita atau Konvensi CEDAW (Committee on the Elimination of Discrimination Against Women). Selanjutnya, Hak Asasi Perempuan kembali dideklarasikan dalam Konferensi Dunia ke-IV tentang Perempuan di Beijing tahun 1995. Konferensi tersebut mengangkat 12 bidang yang menjadi keprihatinan Negara-negara di dunia, mencakup:
1. Perempuan dan Kemiskinan;
2. Pendidikan dan Pelatihan Bagi Perempuan;
3. Perempuan dan Kesehatan;
4. Kekerasan Terhadap Perempuan;
5. Perempuan dan Konflik Bersenjata;
6. Perempuan dan Ekonomi;
7. Perempuan dan Kekuasaan serta Pengambilan Keputusan;
8. Mekanisme Kelembagaan Untuk Kemajuan Perempuan;
9. Hak Asasi Perempuan;
10. Perempuan dan Media;
11. Perempuan dan Lingkungan Hidup; serta
12. Anak Perempuan.
UNDP dalam publikasi Human Development Report (HDR) tahun 1995 mengangkat tema mengenai gender. Publikasi tersebut menekankan bahwa pembangunan manusia merupakan upaya untuk memperluas pilihan bagi semua masyarakat, bukan hanya salah satu bagian dari masyarakat sehingga tidak ada masyarakat yang terkecualikan. Dalam publikasi tersebut juga tersirat pesan bahwa pengabaian aspek gender akan menghambat proses
Permasalahan Gender di Indonesia
Gender berbeda dengan karakteristik laki-laki dan perempuan dalam arti biologis. Pemaknaan gender mengacu pada perbedaan laki-laki dan perempuan dalam peran, perilaku, kegiatan serta atribut yang dikonstruksikan secara sosial. Perbedaan ini tidak menjadi masalah bila disertai dengan keadilan antar keduanya. Akan tetapi ketidakadilan yang terjadi akan mengakibatkan korban baik bagi kaum laki-laki maupun kaum perempuan. Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan hak yang semestinya didapatkan agar laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama untuk berperan dan ikut berpartisipasi dalam bidang kehidupan.
Perbedaan gender pun terlihat dari kecenderungan peran masingmasing, yaitu berperan dalam publik atau domestik. Peran publik diartikan dengan aktivitas yang dilakukan di luar rumah dan bertujuan mendapatkan penghasilan. Sedangkan peran domestik adalah aktivitas yang dilakukan di dalam rumah berkaitan dengan kerumahtanggaan dan tidak dimaksudkan untuk mendapat penghasilan. Kedua peran ini dapat menjelaskan perbedaan peran gender dalam masyarakat.
Pandangan tersebut telah ada sejak lama dalam lingkungan masyarakat. Sudah pula membudaya bahwa tugas seorang perempuan adalah memasak, berdandan dan melahirkan anak. Tidak heran kedudukan perempuan terkadang menjadi nomor dua dan tidak sedikit orang yang merendahkan perempuan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan satu tindakan yang merendahkan perempuan. Berdasarkan Catatan Tahunan Komnas Perempuan terdapat 216.156 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani selama tahun 2012.
2.3. ASESSMENT GLOBAL
Asesmen didefinisikan sebagai kegiatan prosedural dan sistematis yang bertujuan mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tehadap karakter seseorang atau objek (Reynolds, Livingston & Wilson, 2008).
Fungsi asesmen antara lain mengukur serta mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki siswa (Pellegrino, Chudowsky dan Glaser, 2001). Asesmen dalam kegiatan pembelajaran sains juga dikembangkan untuk mengetahui literasi sains siswa. Contoh asesmen literasi sains telah banyak dikembangkan dalam dunia pendidikan sains seperti yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), PIRLS serta TIMSS (Trend in Mathematics and science studies).
PISA
PISA adalah studi tentang program penilaian siswa tingkat internasional yang diselenggarakan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). PISA bertujuan (Wardhani, 2011) untuk menilai sejauh mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar (siswa berusia 15 tahun) telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang penting untuk dapat berpartisipasi sebagai warga negara atau anggota masyarakat yang membangun dan bertanggung jawab. Hal-hal yang dinilai dalam studi PISA meliputi literasi matematika, literasi membaca, literasi sains, dan literasi keuangan.
Literasi matematika diartikan (OECD, 2009c) sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian. Pengertian literasi matematika PISA ini sejalan dengan SI mata pelajaran matematika. Literasi matematika menilai tiga aspek utama, yaitu dimensi isi (Konten) yang meliputi: bilangan, ruang dan bentuk, perubahan dan hubungan, dan probabilitas/ketidakpastian. Dimensi proses meliputi: reproduksi, koneksi, dan refleksi. Dimensi Situasi (Konteks) meliputi: pribadi, pendidikan dan pekerjaan, masyarakat luas, dan ilmiah.
TIMSS
TIMSS adalah sebuah asesmen internasional terhadap matematika dan sains pada kelas 4 dan kelas 8 yang telah dan masih diselenggarakan setiap empat tahun sejak 1995. TIMSS adalah proyek dari IEA (International Association for theEvaluation of Educational Achievement) yang berpusat di Amsterdam, dan IEA mengelola langsung TIMSS & PIRLS (Progress inInternational ReadingLiteracy Study) Center di Boston College.
TIMSS melakukan asesmen terhadap banyak negara di seluruh dunia dan mengumpulkan informasi mengenai konteks pendidikan matematika dan sains. TIMSS masih menjadi salah satu asosiasi asesmen pendidikan terbesar danterpercaya di dunia. Banyak negara merujuk pada hasil TIMSS dalam halpengembangan pendidikan di negaranya. TIMSS sendiri telah mengumpulkan data matematika dan sains pada tahun 1995, 1999, 2003, 2007, dan 2011. Hasil dari TIMSS sepertinya banyak mengubah kebijakan pendidikan dari negara yang berpartisipasi di TIMSS. Contohnya perubahan kurikulum di Indonesia yang mencantumkan hasil TIMSS sebagai tantangan masa depan dalam ranah pendidikan.
PIRLS
PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) adalah studi internasionaltentang literasi membaca untuk siswa sekolah dasar (kelas IV) yang dikoordinasikanoleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement, berkedudukan di Amsterdam,Belanda). PIRLS diselenggarakansetiap lima tahun sekali, yaitu pada tahun2001, 2006, 2011, dan seterusnya. Indonesia mulai berpartisipasi pada PIRLS 2006 yang diikutioleh45negaraataunegara bagianberpartisipasi sebagai peserta.
Dasar dari penilaian literasi membacadalam PIRLS 2006 adalah tujuanmembaca dan proses pemahaman (Park,2008: 6). \
Tujuan membaca meliputi:
Berpengalaman bersastra (50%)
Memperoleh dan menggunakan informasi(50%)
Menginterpretasikan dan mengintegrasikan gagasan dan informasi (30%), dan
Mengevaluasi isi, bahasa, dan unsur teks (20%). Sementara itu, PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh OECD (Organisationfor Economic Cooperation and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 2000.
Tujuan PISA adalah untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh, antara lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dasar penilaian prestasi literasi membaca, matematika, dan sains dalam PISA memuat pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum dan pengetahuan yang bersifat lintas kurikulum.
4. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Iklim adalah kondisi rata-rata suhu, curah hujan, tekanan udara, dan angin dalam jangka waktu yang panjang antara 30-100 tahun. Dengan kata lain iklim adalah pola cuaca. Sedangkan yang dimaksud dengan gas rumah kaca (GRK) adalah gas yang menyebabkan radiasi sinar infra merah tertahan dalam atmosfer, sehingga memanaskan permukaan bumi dan bagian bawah dari atmosfer. Uap air, karena saking banyaknya menjadi salah satu jenis GRK alami yang terpenting; sedangkan karbon dioksida (CO2) merupakan jenis GRK nomor 2 dilihat dari pentingnya untuk diperhatikan. CO2 ditambahkan ke atmosfer baik secara alami maupun oleh kegiatan manusia. Secara alami CO2 ditambahkan ke atmosfer oleh gunung-gunung berapi. Sebenarnya apabila tanpa CO2 temperatur di bumi akan sekitar 330 Celcius lebih rendah daripada temperatur saat ini.
Rumah kaca yang sesungguhnya biasa digunakan untuk pembibitan pada kegiatan perkebunan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di dalamnya. Radiasi yang dipancarkan oleh matahari ke bumi, menembus lapisan atmosfer dan masuk ke bumi. Radiasi matahari yang masuk ke bumi – dalam bentuk gelombang pendek – menembus atmosfer bumi dan berubah mejadi gelombang panjang ketika mencapai permukaan bumi. Setelah mencapai permukaan bumi, sebagian gelombang dipantulkan kembali ke atmosfer. Efekperubahaniklim global antaralain :
Sumber Gas Rumah Kaca
Pada dasarnya sistem iklim dipengaruhi oleh 5 komponen; atmosfer, lautan, cryosfer, biosfer, dan geosfer. Pada mulanya sistem iklim dalam keadaan keseimbangan, tetapi setelah terjadi revolusi industri dalam keadaan keseimbangan, tetapi setelah terjadi revolusi industri pada tahun 1800-an dan semakin banyaknya emisi rumah kaca yang berasal dari kegiatan manusia, radiasi matahari yang terserap diimbangi dengan jumlah radiasi yang dikeluarkan ke agkasa oleh bumi dan atmosfer.
Pada tahun 1980-an, telah dinyatakan bahwa dengan memperhatikan tingkat emisi GRK kalau tetap setinggi saat itu, maka bumi akan mengarah pada pemanasan global. Panel antar pemerintah mengenai perubahan iklim (Intergovermental Panel on Climate Change = IPCC), telah menghasilkan laporan dan model tentang perubahan iklim tersebut. Tabel 1 menunjukkan jenis GRK, sumbernya, laju pertumbuhannya saat ini, dan tingkat emisinya.
Diperkirakan bahwa peningkatan temperatur global setinggi 1,5 – 4,60C adalah sebagai akibat dari dobelnya volume karbon di atmosfer. Dobelnya volume CO2 (karbon dioksida) di atmosfer diperkirakan akan terjadi pada tahun 2030 bila kegiatan manusia tetap seperti sekarang ini.
Pada saat ini perkiraan cadangan karbon(CO2) yang terkandung dalam tanaman dan tanah berkisar pada angka 2.000 miliar ton, atau sekitar 3 kali lipat volume CO2 yang ada di atmosfer. Cadangan karbon ada di atmosfer dan di dalam tanah, utamanya di hutan. Cadangan itu dipelihara oleh aliran tahunan karbon melalui terrestrial ekosistem.
Pemanasan Global
Dengan adanya kenaikan suhu udara, maka gunung es yang ada di kutub utara mauun selatan bola bumi akan mencair dan mengakibatkan naiknya permukaan air laut. Tentu saja dengan perubahan iklim ada pihak yang dirugikan dan ada pula pihak yang diuntungkan. Tetapi apabila GRK tidak dapat ditahan dan dikendalikan sehingga suhu bumi akan meningkat terus, maka pasti tidak ada lagi yang diuntungkan oleh pemanasan global tersebut.Dengan adanya pemanasan global akan terjadi hal-hal berikut:
Mencairnya Es di Kutub
Perubahan iklim juga menyebabkan mencairnya es dan gletser di seluruh dunia, terutama di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Diketahui bahwa es yang menyelimuti permukaan bumi telah berkurang 10% sejak tahun 1960. Sementara ketebalan es di Kutub Utara tela berkurang 42% dalam 40 tahun terakhir (Fred Pearce, 2001).
Diperkirakan pada tahun 2100, gletser yang menyelimuti pegunungan Himalaya seluas 33.000 km2 akan mencair. Ilmuan Eropa juga memperkirakan sekitar 50-90% gletser di pegunungan Alpen akan menghilang. Diperkirakan pegunungan salju Australia akan “bebas salju” pada tahun 2070. (Fred Pearce, 2001).
Pergesaran Musim
Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya pergeseran musim, dimana musim kemarau akan berlangsung lama sehingga akan menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa kekeringan akan melanda Afrika, Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
Sementara musim hujan akan berlangsung dalam waktu singkat dengan kecenderungan intensitas curah hujan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor.Beberapa wilayah di wilayah Asia Tenggara yang rentan terhadap badai dan angin puting beliung telah mengalami badai yang lebih dahsyat, hujan yang lebih deras serta lebih banyak bencana banjir dan longsor.
Peningkatan Permukaan Air Laut
Dampak perubahan iklim lainnya adalah meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernomental Panel on Climate Change), dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 cm. Sementara itu diperkirakan bahwa tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 cm (Greenpeace, 1998).
Sebagai ilustrasi, peningkatan air laut setinggi 1 m akan menyebabkan hilangnya 1% daratan Mesir, Belanda 6%, Bangladesh sebesar 17,5% dan 80% atol di Kepulauan Marshall menghilang (Fred Pearce, 2001).Perubahan iklim juga menyebabkan negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina, serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut.
Dampak Lainnya
Selain berbagai dampak di atas, perubahan iklim juga akan menyebabkan terjadinya krisis persediaan makanan akibat tingginya potensi gagal panen, krisis air bersih, meluasnya penyebaran penyakit tropis seperti malaria, demam berdarah, dan diare, kebakaran hutan, serta hilangnya jutaan spesies flora dan fauna karena tidak dapat beradaptasi dengan perubahan suhu di bumi.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia serta makhluk hidup lain. Selain itu dampaknya tidak hanya terjadi di satu negara atau di satu wilayah, tapi di seluruh dunia, melintasi batas negara.
5. PENYEBAB PENINGKATAN KONSENTRASI GRK
Pertambahan jumlah penduduk dan pesatnya perkembangan teknologi dan industri telah memberikan kontribusi besar pada pertambahan GRK ( Gas Rumah Kaca ). Di Indonesia GRK yang berasal dari aktivitas manusia dapat dibedakan atas beberapa hal, yaitu:
kerusakan hutan termasuk perubahan tata guna lahan,
pemanfaatan energi fosil,
pertanian dan peternakan,
sampah.
Pemanfaatan energi secara berlebihan, terutama energi dosil, merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim secara global. Hutan yang semakin rusak, baik karena kejadian alam maupun penebangan liar menambah volume GRK yang dilepaskan ke atmosfer secara signifikan serta menekan fungsi hutan sebagai perosot emisi GRK.
Selain itu pertanian dan peternakan serta sampah berperan sebagai penyumbang GRK berupa gas metana (CH4) yang ternyata memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar daripada gas karbondioksida (CO2).
Kehutanan
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan luas hutan terbesar, yaitu 12,03 juta hektar (FWI/GFW, 2001). Sekitar 17% dari luas tersebut adalah hutan konservasi dan 23% hutan lindung, sementara sisanya (60%) adalah hutan produksi (FWI/GFW, 2001).
Sejak tahun 1970-an, penebangan hutan secara komersial mulai dibuka secara besar-besaran. Menurut data Forest Watch Indonesia, laju kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 telah mencapai sebesar 2,2 juta hektar per tahun (FWI, 2001). Antara tahun 2000-2003 (2,5-3,00 juta hektar, (Pusat Perencanaan, Departemen Kehutanan). Kerusakan hutan terutama disebabkan oleh penebangan liar, kebakaran hutan (yang disengaja dan tidak disengaja), perkebunan skala besar serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) dan HTI (Hutan Tanaman Industri).
Energi
Dapat dikatakan kehidupan manusia saat ini tidak dapat lepas dari energi listrik dan bahan bakar fosil. Ketergantungan itu ternyata membawa dampak yang buruk bagi kehidupan umat manusia. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batubara dan gas alam dalam berbagai kegiatan, misalnya pada pembangkit listrik, transportasi dan industri, akan memicu bertambahnya jumlah emisi GRK, namun emisi yang dihasilkan dari penggunaan ketiga jenis bahan bakar fosil ini berbeda-beda.
Pertanian dan Peternakan
Sektor pertanian dan peternakan juga memberikan kontribusi terhadap meningkatnya emisi GRK, khususnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari sawah tergenang. Sektor pertanian menghasilka emisi gas metana tertingggi dibanding sektor-sektor lainnya.
Selain metana, GRK lain yang dikontribusikan dari sektor pertanian adalah dinito oksida (N2O) yang dihasilkan pemanfaatan pupuk serta praktek pertanian. Pembakaran padang sabana dan sisa-sisa pertanian yang membusuk juga merupakan sumber emisi GRK.
Sampah
Kegiatan manusia selalu menghasilkan sampah. Sampah merupakan masalah besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia. Data dari Kementrian Lingkungan Hidup mengatakan bahwa pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg per hari dan terus meningkat hingga 1 kg per orang per hari pada tahun 2000. Diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang per hari adalah sebesar 2,1 kg. Untuk DKI Jakarta saja selalu diproduksi sampah sebanyak 6000 ton sampah perhari pada tahun 2003. Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan sekitar 50 kg gas metana.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, diperkirakan tahun 2020 sampah yang dihasilkan perhari sekitar 500 juta kh atau sekitar 190 ribu ton per tahun. Dengan jumlah sampah yang sedemikian besar, maka Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer sekitar 9500 ton per tahun.
6. PERUBAHAN IKLIM DAN DAMPAKNYA DI INDONESIA
Indonesia pun tak luput dari dampak perubahan iklom, leih-lebih sebagai negara kepulauan beriklim tropis, Indonesia berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap perubahann iklim. Naiknya permukaan air laut mengancam jutaan penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai. Selain itu para petani dan nelayan yang mata pencahariannya sangat bergantung pada cuaca dan musim juga rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Keberadaan Indonesia
Dengan banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia, Indonesia memiliki garis pantai nomer 2 terpanjang di dunia, yaitu 81.000 km (sekitar 14% dari garis pantai dunia) sementara luas laut Indonesia mencapai 5,8 km2, mendekati 70% luas keseluruhan wilayah Indonesia.
Dengan posisi geografis seperti ini, Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim yang terjadi dengan cepat. Pola curah hujan akan berubah dan musim kering akan bertambah panjang. Banyak pulau yang terancam tenggelam akibat kenaikan permukaan air laut dan masih banyak lagi dampak lain yang akan timbul.
Dampak Perubahan Iklim
Kenaikan temperatur menyebabkan es dan gletser di Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair. Peristiwa ini menyebabkan terjadinya pemuaian massa air laut dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
Studi kasus yang dilakukan oleh US-EPA di wilayah Semarang, Jawa Tengah menunjukkan bahwa ada penurunan jumlah penjualan ikan tambak seperti bandeng, gurame dan udang sebesar 17-37%. Hal ini disebabkan oleh banjirnya tambak ikan akibat naiknya muka air laut, ditambah meningkatnya penguapan dan salinitas air laut.
Kenaikan suhu air laut juga menyebabkan terancamnya mata pencaharian nelayan. Hal ini disebabkan kenaikan suhu air laut membawa banyak perubahan bagi kehidupan di bawah laut, seperti pemutihan terumbu karang dan punahnya berbagai jenis ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ade Nandang Mustafa, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif serta Self-Efficacy dalamPembelajaran Matematika Melalui Discovery Learning. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ejournal.lipi.go.id/index.php/jpp/article/view/495 diakses pada 18 April 2017.
https://karinamawati.wordpress.com/2015/03/15/mdgs-millennium-development-goals/diakses pada 25 April 2017.
Listyorini, Beniati dan Tadkiroatun Musfiroh. 2016. Konstruk Kompetensi LiterasiUntuk SiswaSekolah DasarVolume 15, Nomor 1. FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Luggett. 1990. “The Nature of the greenhouse Threat”, dalam Jeremy Luggett editor, Global Warming, the Greenpeace Report, Oxford University Press, New York.
Mutiara Pratiwi, Murni Daulay. Pengaruh MEA 2015 Terhadap Integrasi Pada Sistem Perdagangan Di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.3 No.4.
Santika Lya Diah Pramesti, Wardono, dan Masrukan. 2013. Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia Dengan Asesmen Bernuansa PISA Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. PPs UNNES.
Tim Redaksi Kamus Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
WARTA EKSPOR Edisi Januari 2015.
www.kemenpppa.go.id/lib/.../d1ea9-pembangunan-manusia-berbasis-gender.pdf diakses pada 24 April 2017
Komentar
Posting Komentar